17.12.11

Waktu

Tenang,
Ini semua hanya soal waktu..
Kebetulan saja ini bukan waktunya..


Aku percaya itu. Sedikit. Mungkin semesta sengaja memberikan kita selang waktu untuk berpikir dan menerka apa yang sekiranya akan tejadi kalau nanti kita benar-benar bertemu. Waktu untuk mengenali, mengamati dan menemukan apa yang sebenarnya ada di balik kita.

Aku suka dengan konsepmu. Kelas menengah yang sederhana namun mampu mengejar terang benderang dan binalnya ibukota. Konsep yang hampir punah di zaman ini. Aku memang cari yang seperti itu.

Lalu berarti semua soal waktu? Waktu itu mainstream. Kami mengikuti karena tatanan waktu dalam setiap detik, menit, jam, hari, bulan dan tahun telah diamini oleh semua orang. Begitu juga dengan siang adalah saat produktif dan malam adalah sebaliknya. Siapakah yang berani melawan waktu selain pengidap insomnia dan hewan nocturnal?

Waktu pun menjadi harap ketika kita berkata 'mungkin belum waktunya' atau 'biarkan waktu yang bicara'. Harap menjadi tunggu. Tunggu menjadi bisu. Bagaimana bila memang waktunya tidak ada? Pantaskah kita berharap lalu menunggu dan membisu? Selemah itukah kita sampai harus bergantung pada waktu?

Tinggalkan setiap momen kegagalan. Jangan kamu bawa itu sebagai persembahan kepada siang dan malam. Tancapkan prasasti tanda kamu telah lalui dan kuasai itu. Supaya mereka tahu. Dan jangan kembali kecuali semesta membawanya kepadamu.


***


Denting sendok dan garpu mengisi kesunyian di antara kebisingan akhir pekan yang terdengar seperti noise dalam siaran radio. Sepertinya kita mengalamai kekesalan yang sama. Kesal dengan jarum jam yang bergerak lebih cepat dari seharusnya. Ini bukan belum waktunya. Ini soal salah waktu.

Detik tidak akan berputar terbalik dan waktu tak bisa kembali. Tapi di depan sana, ketika semesta berpihak pada rasa, kita bisa bertemu lagi. Jangan pikirkan. Tugas kita berjalan, biar alam yang tentukan.

No comments:

Post a Comment