ketika hati bicara, otak membantah. Tapi hati selalu lebih kuat karena tidak seperti otak, hati belum terkontaminasi pengetahuan dan pengalaman yang akhirnya membentuk konsepsi tertentu. Mengenai baik dan buruk, benar dan salah, untung dan rugi
Hati bergerak menembus batas. Gengsi, perih, malu, akal sehat menurut standarisasi sehat yang diamini dunia. Tidak seperti otak yang mengenal berpolitik, cari celah, tarik ulur, perhitungan matematis rasional, opini populer.
Sebuah pamflet demonstrasi para anarkis yang mengkritisi demokrasi bertuliskan "whoever you vote for, we are ungovernable" Itulah hati, tidak dapat diperintah selayaknya para anarkis. karena hati tidak mengenal perintah untuk memihak pada benar atau salah, baik atau buruk, untung atau rugi. Hati hanya mengerti berbagi
Seseorang berkata, "saya tidak akan memberikan hati saya sepenuhnya padamu. Karena ketika nanti sesuatu yang buruk terjadi pada kita, aku tidak bisa mengambilnya kembali."
Sekarang aku pun berpikir begitu, kali ini hati yang akan merugi. Oh, tapi tidak. Hati tidak kenal untung rugi, hati hanya ingin memuaskan dirinya sendiri.
Ah, kalau begitu yang kita butuhkan adalah intuisi. Sinergi antara pikiran dan perasaan, koalisi antara otak dan hati, pertautan antara pengetahuan dan emosi.
Saya telah memberikan hati sepenuhnya. kini otak tak berfungsi dan hati tak bisa kembali. Tubuh ini yang akhirnya jadi korban. Tubuh ini yang akhirnya kelelahan.
Seandainya aku memberikan sepenuhnya dan kamu memberikan sepenuhnya. Maka ini adalah intuisi. Komitmen untuk berbagi. Karena hati hanya mengenal berbagi
No comments:
Post a Comment