14.10.09

Bangga dengan apa yang kita punya, percaya bahwa kita bisa

Other country is taking over our culture? Ask your Nike shoes and Louis Vuitton bags.

Ribuan jargon anti Malaysia mengaum keras seperti gaung "Ganjang Malaysia" pada era orde lama. Klaim Malaysia terhadap batik, keris, tari pendet, reog ponorogo dan perebutan pulau ambalad membuat rakyat Indonesia geram.

Ketika itu semangat nasionalisme tiba-tiba mengalir deras dalam darah orang Indonesia serta rasa cinta tanah air bangkit dari tidur panjang yang termanifestasikan dalam ribuan pesan twitter. Sangat lumrah bila perlawanan muncul ketika diserang.

Tapi kenapa tunggu diserang? Kenapa diserang? Saya tidak begitu bersemangat memaki malaysia dan saya pun tidak menyalahkan Malaysia sepenuhnya. Sebelum Malaysia mengambil alih budaya kita apakah terlintas di benak kita tentang batik, keris, tari pendet dan reog ponorogo? Asal-usulnya, cara membuatnya, bentuknya, rasanya? Kita pasti mengenal itu semua tapi apakah terlintas di benak kita sehari-hari?

Ketika kita sibuk mengoleksi Nike SB dan sneakers limited lainnya, ketika tidak perlu repot-repot membawakan tas Louis Vuitton pacar kita karena dia sangat bangga membawanya sendiri, ketika menjadi hedon dan berlakon seperti Kimora atau ketika kita sekedar bercengkrama sambil menikmati Burger King, Malaysia mengambil alih budaya kita lewat Discovery channel, video cara membuat keris yg bisa didapatkan di museum di sana dan dengan tagline truly asia yg seakan membuat Malaysia lebih kredibel sebagai "asia" dibanding Indonesia yang kaya akan budaya. Akuilah bahwa kita semua kebarat-baratan.
Kalau milikmu dicuri, jangan hanya menyalahkan si pencuri.

Coba renungkan, mungkin kamu memberikan kesempatan bagi si pencuri karena kamu tampak tidak begitu peduli dengan milikmu. Sama seperti Malaysia, mungkin mereka melihat celah dari ketidakpedulian kita terhadap budaya kita sendiri. So buy local, eat local, act local. Be proud.

No comments:

Post a Comment