10.4.10

Anak Gadis

ketika itu aku sedang memunguti kepingan satu per satu untuk menjadikannya kembali menjadi satu atau entah menjadi apa... Belum aku pikirkan

Selang sekian waktu yang tidak begitu lama, anak gadis itu datang. Duduk menemaniku menyatukan kepingan sekecil biji zahra, memandangi dengan mata besar dan senyum begitu lebar

Sesekali dia bicara soal apa saja yang menarik baginya. Kemudian bicara lagi. Lalu lagi dan lagi

Mulanya konsentrasiku buyar, karena ratusan kepingan sekecil biji zahra butuh hitungan yang tepat dengan rumus aljabar yang paling rumit, tapi anak gadis yang kian manis senyumnya tidak menipis walau sedikit

Anak gadis itu mulai mencurigakan atau memang anak gadis walaupun manis tetaplah anak gadis yang menyebalkan. Yang tidak bisa mendengar, tidak bisa berpikir terbuka, tidak bisa menghargai apa yang jadi miliknya dan tentu saja konformis

Atau mungkin aku saja yang traumatis...

Anak gadis yang kian manis belum beranjak. Memandangi dengan mata besar dan senyum begitu lebar

Aku bukan apatis, aku hanya sedang bergelut dengan waktu

Masih banyak yang harus kita bicarakan, tak apa kalau tak sabar menunggu, semoga anak gadis itu mengerti kita semua berpacu dengan waktu

cepatlah sembuh anak gadis yang kian manis

1 comment: